Monday, July 20, 2020

Formulasi Strategi Bersaing

Ada empat faktor didalam formulasi strategi bersaing yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai kesuksesan perusahaan. Kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat dikatakan sebagai gambaran aset dan keahlian yang bisa dibandingkan dengan pesaing, juga teknologi yang dimiliki, identifikasi brand, termasuk pula sumber daya keuangan lainnya yang kemudian dikombinasikan dengan nilai personel organisasi yang kemudian dapat menentukan batasan internal untuk menerapkan strategi bersaing yang dapat dilakukan perusahaan. (Rachmat, 2018:141).

Konteks strategi bersaing diformulasikan Sumber: (Rachmat, 2018:141)

Dari gambar bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penentu batasan eksternal  adalah  industri  dan  lingkungan  sedangkan  peluang  dan  ancaman didalam suatu industri didefinisikan oleh lingkungan bersaing dengan risiko dan reward potensial yang ada. Ekspektasi umum (societal expectation) mendeskripsikan kontak perusahaan dengan hal-hal lain, seperti kebijakan pemerintah, kepedulian sosial, dan lain-lain.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan daya saing (competitive advantage) jika strategi penciptaan nilai (value-creating strategy) telah sukses diimplementasikan perusahaan tersebut yang tidak dilakukan pesaing saat ini. Lalu keunggulan daya saing disebut berkelanjutan (sustainable) ketika pesaing tidak mampu meniru atau menerapkan sumber daya kompetitif yang sama. (Rachmat, 2018:143).


  Model Pilihan Strategi Persaingan Bisnis

Menurut Campbell, Stonehouse, dan Houston (2002), analisis internal menyediakan pemahaman terhadap potensi keunggulan daya saing yang ada dan area yang harus diprioritaskan untuk memastikan keberlangsungan bisnis. Lalu Pearce dan Robinson (2008) menyatakan perspektif baru dalam memahami kesuksesan perusahaan yang banyak diadopsi manajer, yaitu seberapa baik perusahaan memanfaatkan sumber daya internalnya (resource-based-view).

Oleh karena itu, penelitian formulasi strategi bersaing akan lebih baik menggunakan konsep resource based view dengan metode 7s Concept McKinsey. Hal ini untuk mengetahui kekuatan sumber daya internalnya sekaligus mendapatkan competitive advantage untuk bersaing dengan para giant player yang sudah lebih lama berdiri dalam memperebutkan market share.

RBV (Resources Based View)

Menurut Barney sumber daya perusahaan adalah sumber utama keunggulan kompetitif (Hui Ling Wang, 2014) atau dikenal dengan Resource Based View. Penrose dan juga Prahalad & Hamel (2014) telah menekankan pentingnya sumber daya (heterogen) yang digunakan perusahaan, sebagai sumber utama keunggulan  

kompetitif. Dengan kata lain strategi RBV menegaskan bahwa keunggulan kompetitif dan kinerja superior suatu organisasi ditentukan oleh keunggulan kapabilitasnya (Francis et al., 2017:697). Tidak diragukan lagi sumber daya adalah landasan analisis untuk RBV atau disebut juga bahwa seluruh aset yang dimiliki perusahaan yang terdiri dari aset keuangan, fisik, manusia, komersial, teknologi, dan organisasi yang digunakan oleh perusahaan untuk berinovasi, mengembangkan, dalam memberikan produk dan layanan kepada pelanggannya adalah sumber daya yang terikat secara permanen di dalam organisasi.

Barney menjelaskan bahwa ada kriteria 'VRIN' yang harus dipenuhi sumber daya agar memiliki keunggulan bersaing serta kinerja berkesinambungan. (Pankaj, 2010:5). Berikut kriteria 'VRIN':

1.            Valuable (V): Dapat memberikan nilai strategis bagi perusahaan. Nilai tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar dan mengurangi ancaman pasar.

2.            Rare (R): Memiliki sumber daya yang bersifat langka, unik, dan sulit ditemukan diantara para pesaing sehingga sangat potensial menjadi keunggulan kompetitif.

3.            Imperfect Imitability (I): Imfectability berarti sumber daya sulit ditiru pesaing. Sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan kompetitor tidak mampu untuk memperolehnya.

4.            Non-Substitutability (N): Non-subtitusi dari sumber daya menyiratkan bahwa sumber daya yang tak tergantikan. Hal ini berarti pesaing tidak mampu menyaingi kinerja yang sama walaupun menggantinya dengan sumber daya alternatif lainnya.

Menurut Barney, sumber daya dikatakan berharga dan memiliki keunggulan jika perusahaan menjalankan perilaku dan cara-cara yang mengarah pada biaya rendah, penjualan tinggi, margin tinggi, atau dengan cara lain yang dapat menambah nilai finansial bagi perusahaan.’ Dengan RBV manajer tidak akan kesulitan dalam memahami keunggulan kompetensi yang dapat dijadikan sebagai aset perusahaan yang berharga dan juga bagaimana asset tersebut dikelola untuk meningkatkan kinerja bisnis. (Pankaj, 2010:5). RBV dalam perusahaan mengetahui bahwa atribut yang terkait dengan pengalaman masa lalu, budaya organisasi dan kompetensi sangat penting untuk keberhasilan perusahaan (Pankaj, 2010:5).

Selain itu, Barney berpendapat bahwa RBV dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi sumber daya dan kemampuan untuk menunjang keunggulan kompetitif berkelanjutan. (Pankaj, 2010:9). RBV menganggap sumber daya dan kompetensi merupakan sesuatu yang statis yang bisa ditunjuk sebagai stasioner pada kerangka waktu tertentu dan akan tetap demikian selama periode waktu tertentu juga. Fokus utamanya yaitu saat perusahaan memiliki sumber daya yang langka, berharga, tidak dapat ditiru dan tidak dapat disubstitusikan, hal itu memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan strategi peningkatan nilai yang tidak mudah diimplementasikan oleh perusahaan pesaing. Dengan kata lain, RBV menegaskan bahwa kepemilikan dan kendali atas aset strategis menentukan organisasi mana yang akan memperoleh laba superior dan menikmati posisi keunggulan kompetitif di atas yang lain.

Berikut tabel penjelasannya:

Types of Resources and Capabilities

Sumber: Pankaj (2010:9)




Formulasi Strategi Bersaing

Ada empat faktor didalam formulasi strategi bersaing yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai kesuksesan perusahaan. Kekuatan dan kele...